Jumat, 06 Juli 2018

Tradisi Kariaan Kuda Renggong


Di Desa Sirap, ada sebuah tradisi yang menjadi ciri khas saat anak laki-laki disunat / dikhitan. Dalam rangka "ngaria-ria" atau "ngariakeun" ( menggembirakan) anak yang sudah dikhitan biasa dilakukan arak-arakan keliling desa menggunakan kuda sebagai tunggangan anak khitan. Kuda tersebut merupakan kuda tari yang disebut kuda ronggeng. Momen inilah yang di sebut "kariaan"

Sambil diiringi tabuhan tanjidor kuda-kuda yang membawa anak khitan tersebut berkeliling sambil menari, tak ketinggalan kerabat, sanak family dan tetangga juga ikut menari di depan sang kuda. Kala itu sang anak menjadi raja yang didandani dengan pakaian khas tradisonal menyerupai raja dalam pewayangan.

Tradisi ini menggambarkan luapan kegembiraan orang tua yang telah menghitan anaknya sehingga momen ini merupakan momen tak kan terlupakan oleh sang anak maupun orang tua.

Seni kuda ronggeng sebenarnya berasal dari wilayah Sumedang sejak jaman kerajaan dahulu dan menyebar ke beberapa wilayah sekitarnya termasuk wilayah desa Sirap yang merupakan desa yang berdekatan dengan batas wilayah antara Kab. Subang dan Kab. Sumedang.


foto: Aziz Irf

Kamis, 05 Juli 2018

Solat Idul Fitri di Lapangan Eka Parung Jaya Desa Sirap


Pada hari Jumat 15 Juni 2018 ( 1 Syawal 1439 H ), dilaksanakan solat ied tingkat Kecamatan Tanjungsiang yang berlangsung di lapangan sepak bola Eka Parung Jaya Desa Sirap.

Seluruh masyarakat memadati lapangan termasuk Bapak Camat Tanjung siang dan jajaran Muspika serta Kepala Desa Sirap dan tokoh masyarakat.

Setelah solat Ied, dilakukan tradisi bersalam-salaman oleh semua warga.

Rabu, 11 April 2018

Pemeliharaan Saluran Air


Demi menjaga lingkugan tetap sehat dilakukan pemeliharaan saluran air di wilayah RW 05

Selasa, 12 Agustus 2014

Nasionalisme di Desa Sirap, Dari Dulu Hingga Sekarang


MERDEKA !!

Bulan Agustus seluruh rakyat Indonesia merayakan sebuah moment sejarah yang sangat berharga yaitu pesta peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia. 

Di Desa Sirap , Kec. Tanjungsiang , Kab. Subang - Jawa Barat perayaan kemerdekaan biasanya dilakukan dengan sangata antusias oleh seluruh warga desa. Tradisi yang tetap dipertahankan sejak dulu adalah menghias dan mengarak dongdang keliling jalan desa dan sekitarnya pada tanggal 17 Agustus. Arak-arakan dong dang ini dilakukan setelah pelaksanaan upacara pengibaran bendera. tidak hanya itu di sisi kanan dan kiri jalan desa pun semarak dengan umbul-umbul dan bendera merah putih.

Sebelumnya warga desa telah menghias dongdang mereka dengan dekorasi bertema merah putih. Di dalamnya berisi makanan seperti nasi tumpeng dan sebagainya yang nantinya akan disantap bersama-sama saat tiba di lokasi finish.

Tradisi ini merupakan sebuah implementasi bahwa warga desa Sirap sangat menjunjung tinggi kebersamaan dan gotong royong dalam segala bidang, sebagai wujud rasa syukur atas kemerdekaan yang diraih bangsa Indonesia.

lestarikan terus, maju desaku .....
jaga semangat persatuan dan kesatuan ......
desaku .. tanah airku .....

MERDEKA !! MERDEKA !!!!

 

Pewarisan Bukan Sekadar Pelestarian Seni Tradisi


SUBANG, (PRLM).- Pelaksanaan program pewarisan yang dilaksanakan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat melalui Balai Pengelolaan Taman Budaya Jawa Barat (BPTB Jabar) bukan hanya sekedar penyelamatan seni budaya tradisi Sunda. Program dilaksanakan sebagai upaya pemberdayaan dan pengakuan pemerintah terhadap seniman dan budayawan tradisi di pelosok daerah yang selama ini merasa kurang terperhatikan.

“Ada anggapan kalau program (pewarisan) yang kami lakukan merupakan upaya penyelamatan dan pelestarian seni budaya tradisi, bahkan ada anggapan sekadar menggunakan dan menyerap anggaran. Padahal misi yang dilakukan program yang dilaksanakan sejak tahun 2005 ini juga bagian dari pemberdayaan serta bentuk pengakuan pemerintah kepada seniman dan budayawan tradisi di daerah,” ujar Kepala Seksi Pengembangan Seni BPTB Jabar, Dra. Siti Hapiatun, mewakili Kepala Balai Pengelolaan Taman Budaya Jawa Barat, Dra. Hj. Rosdiana Rachmiwaty, M.Si., di sela-sela pelaksanaan Program Pewarisan Seni Tradisional Ketuk Tilu Mapag Hujan di Kamp. Tanjung, Ds. Sirap, Kec. Tanjungsiang, Kab. Subang, Sabtu (30/6/12).

Seperti halnya pewarisan kesenian Ketuk Tilu Mapag Hujan, menurut Siti Hapiatun, selama ini kesenian yang menghadirkan ronggeng (penari) kurang mendapat perhatian, baik pelaku seninya (seniman) maupun keseniannya.

“Selama ini hanya kesenian (Ketuk Tilu Mapag Hujan) hanya dilaksanakan masyarakat di Desa Sirap, Tanjungsiang saja, ini menunjukan kalau kesenian dan senimannya hanya dihargai oleh masyarakat setempat,” ujar Siti Hapiatun. (A-87/A-88)***

sumber :